21 July 2020

Satu
“Lila, nilai TO kamu paling besar loh sesekolah”
“Masa, sih?”
“Iya beneran”
“Kamu kata siapa?”
“Kata Pak Herman”
Begitulah reaksi Lila ketika ia baru saja mengetahui bahwa nilai T0-nya menjadi nilai TO yang paling besar di sekolahnya. Itu pun temannya yang tahu lebih dulu, Uni. Bukan Lila sendiri.
---
Lila memasuki kelas dengan seragam putih-birunya. Tak lupa, juga tas ransel coklat miliknya yang berisi buku-buku pelajaran.
Namun, baru saja ia meletakkan ransel di atas bangkunya, tiba-tiba Sisil berkata dengan cukup keras.
“Teman-teman, tau gak sih? Nilai TO Lila jadi nilai TO paling tinggi sesekolah loh”
Dalam waktu sekejap, seisi kelas menjadi riuh dan gaduh. Beberapa diantaranya mengucapkan ‘selamat’ pada Lila. Sementara2 Lila hanya mengiyakan dan ber-’terima kasih’ pada teman-temannya. Benar-benar  tak pernah terbayangkan oleh Lila sebelumnya.
---
Waktu istirahat tiba. Membuat siswa-siswi keluar kelas beriringan untuk menyegarkan otak. Ada yang memilih untuk menyantap makanan, main bola, atau bahkan ke perpustakaan bagi yang rajin. Namun, tidak bagi siswa-siswi kelas sembilan. Karena mereka dibuat penasaran dengan beberapa lembar kertas yang terpajang di mading sekolah. Pengumuman Hasil Try Out 1. Begitulah kalimat judul yang tercantum di kertas pertama. Dan disana pula, nama Alila Margareta tercantum di barisan kedua setelah kalimat ‘Nama Peserta’ di baris sebelumnya.
“Lila, selamat ya” Runi yang baru mengetahui dari madding sekolah menyapa Lila yang kebetulan ditemuinya.
“O iya, makasih Runi”
---
Beberapa hari berlalu, lembaran kertas pengumuman itu belum juga dilepas dari mading sekolah. Membuat siswa-siswi bosan mengunjungi mading karena tidak ada informasi baru. Meskipun masih ada juga beberapa orang yang sesekali menengoknya walalu ia sudah tahu namanya tercantum di urutan keberapa. Seperti sore itu. Ketika kedua siswi sengaja tidak sengaja memperhatikan mading sebelum melanjutkan langkahnya untuk keluar gedung sekolah.
“Huh! Ini sih cuma peruntungan” ujar salah seorang siswi itu. Kemudian melanjutkan langkah bersama temannya untuk keluar gedung sekolah.
Namun tanpa mereka sadar, Lila datang dan sempat mendengar perkataan teman satu sekolah yang tidak dikenalnya itu. Membuatnya kembali berpikir dan termenung. Peruntungan? Apa iya ini cuma peruntungan? Ah, mungkin mereka benar. Ini hanya soal keberuntungan. Toh aku juga gak ngerasa benar-benar belajar sebelumnya. Dan mungkin, tidak seharusnya nilaiku ini dibanggakan, pikir Lila dalam perjalanan pulang.
---
Hari-hari terus berlalu. Dan tak terasa, hari ini telah diumumkan hasil Try Out kedua yang membuat siswa-siswi kelas sembilan kembali mengerumumi mading sekolah. Namun siapa sangka, nama Alila Margareta tergeser begitu rapi ke bawah. Dikalahkah oleh Muhammad Fadil Anam dan enam orang lainnnya. Membuat Lila merasa cukup bersalah sekaligus bersedih karena menyepelekan nilainya yang dianggap sebagai sebuah keberuntungan.
“Lila, kok nilainya turun?” tanya Pak Herman yang kebetulan menemui Lila di waktu istirahat.
“Hehe. Gapapa, Pak”
Previous Post
Next Post

post written by:

0 Comments: