“Lila, nilai
TO kamu paling besar loh sesekolah”
“Masa, sih?”
“Iya beneran”
“Kamu kata
siapa?”
“Kata Pak
Herman”
Begitulah
reaksi Lila ketika ia baru saja mengetahui bahwa nilai T0-nya menjadi nilai TO
yang paling besar di sekolahnya. Itu pun temannya yang tahu lebih dulu, Uni.
Bukan Lila sendiri.
Lila
memasuki kelas dengan seragam putih-birunya. Tak lupa, juga tas ransel coklat
miliknya yang berisi buku-buku pelajaran.
Namun, baru
saja ia meletakkan ransel di atas bangkunya, tiba-tiba Sisil berkata dengan
cukup keras.
“Teman-teman,
tau gak sih? Nilai TO Lila jadi nilai TO paling tinggi sesekolah loh”
Dalam waktu
sekejap, seisi kelas menjadi riuh dan gaduh. Beberapa diantaranya mengucapkan ‘selamat’
pada Lila. Sementara2 Lila hanya mengiyakan dan ber-’terima kasih’ pada
teman-temannya. Benar-benar tak pernah
terbayangkan oleh Lila sebelumnya.
Waktu
istirahat tiba. Membuat siswa-siswi keluar kelas beriringan untuk menyegarkan
otak. Ada yang memilih untuk menyantap makanan, main bola, atau bahkan ke
perpustakaan bagi yang rajin. Namun, tidak bagi siswa-siswi kelas sembilan.
Karena mereka dibuat penasaran dengan beberapa lembar kertas yang terpajang di mading
sekolah. Pengumuman Hasil Try Out 1. Begitulah kalimat judul yang tercantum di
kertas pertama. Dan disana pula, nama Alila Margareta tercantum di barisan
kedua setelah kalimat ‘Nama Peserta’ di baris sebelumnya.
“Lila,
selamat ya” Runi yang baru mengetahui dari madding sekolah menyapa Lila yang
kebetulan ditemuinya.
“O iya,
makasih Runi”
Beberapa
hari berlalu, lembaran kertas pengumuman itu belum juga dilepas dari mading sekolah.
Membuat siswa-siswi bosan mengunjungi mading karena tidak ada informasi baru.
Meskipun masih ada juga beberapa orang yang sesekali menengoknya walalu ia
sudah tahu namanya tercantum di urutan keberapa. Seperti sore itu. Ketika kedua
siswi sengaja tidak sengaja memperhatikan mading sebelum melanjutkan langkahnya
untuk keluar gedung sekolah.
“Huh! Ini
sih cuma peruntungan” ujar salah seorang siswi itu. Kemudian melanjutkan
langkah bersama temannya untuk keluar gedung sekolah.
Namun tanpa
mereka sadar, Lila datang dan sempat mendengar perkataan teman satu sekolah
yang tidak dikenalnya itu. Membuatnya kembali berpikir dan termenung. Peruntungan? Apa iya ini cuma peruntungan?
Ah, mungkin mereka benar. Ini hanya soal keberuntungan. Toh aku juga gak
ngerasa benar-benar belajar sebelumnya. Dan mungkin, tidak seharusnya nilaiku
ini dibanggakan, pikir Lila dalam perjalanan pulang.
Hari-hari
terus berlalu. Dan tak terasa, hari ini telah diumumkan hasil Try Out kedua
yang membuat siswa-siswi kelas sembilan kembali mengerumumi mading sekolah.
Namun siapa sangka, nama Alila Margareta tergeser begitu rapi ke bawah.
Dikalahkah oleh Muhammad Fadil Anam dan enam orang lainnnya. Membuat Lila
merasa cukup bersalah sekaligus bersedih karena menyepelekan nilainya yang
dianggap sebagai sebuah keberuntungan.
“Lila, kok
nilainya turun?” tanya Pak Herman yang kebetulan menemui Lila di waktu
istirahat.
“Hehe.
Gapapa, Pak”
0 Comments: